Tangerang - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mencatat rugi bersih Rp 183,557 miliar pada triwulan I-2011, dari sebelumnya menghasilkan laba Rp 18,02 miliar. Kerugian itu disebabkan karena tingginya biaya operasional.
Direktur Keuangan Garuda Elisa Lumbantoruan mengatakan, saldo negatif laba perseroan akibat kenaikan biaya operasi yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan.
Dari sisi pendapatan, Garuda berhasil meraup Rp 5,189 triliun pada triwulan I-2011 atau naik 49% dibandingkan Rp 3,467 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara total biaya operasi juga naik 42,3%, dari Rp 3,828 triliun menjadi Rp 5,448 triliun. Artinya terjadi saldo negatif antara pendapatan dan biaya operasi.
Biaya atas bahan bakar tercatat naik paling tinggi, 73,6% dari Rp 1,128 triliun menjadi Rp 1,959 triliun. Sementara biaya rental & charter flight equipment exp naik 57,8% dari Rp 399 miliar menjadi Rp 629 miliar pada Maret 2011.
"Ticket, sales dan promo naik 54,8%. Seperti kita ketahui, kita sering sekali promo dan iklan. Ini juga dalam rangka persiapan IPO Garuda," kata Elisa di kantornya, kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (13/5/2011).
Dengan demikian pendapatan operasi pun masih tercatat negatif Rp 258,7 miliar. Pencapaian ini sebenarnya telah membaik 28,4% dibandingkan periode sebelumnya, Rp 361,3 miliar.
"Ini yang penting, yakni EBITDA naik 82% dari Rp 396 miliar menjadi Rp 721 miliar," tambah Elisa.
Sementara total aset naik 20% dari Rp 13,66 triliun menjadi Rp 16 triliun. Juga kewajiban turun 2,6% dari Rp 10,197 triliun menjadi Rp 9,927 triliun.
Hingga penutupan sesi I perdagangan Jumat (13/5/2011), saham Garuda tercatat turun Rp 10 (1,85%) menjadi Rp 530. Saham Garuda ini sudah turun jauh jika dibandingkan harga IPO yang dibandrol sebesar Rp 750 per lembar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar