Jakarta, Banyaknya kasus penyakit baik yang menular dan tidak menular, serta penyakit-penyakit baru, membuat Indonesia memiliki banyak pengalaman untuk bisa dibagi dengan negara lain.
Pada bulan November 2011, Indonesia juga didaulat menjadi tuan rumah dari Konferensi Epidemiologi Internasional yang diadakan di Bali.
"Indonesia punya banyak yang bisa di-share, karena kita punya berbagai masalah (penyakit)," tutur Prof dr Tjandra Yoga Aditama, MPH, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemkes, pada acara jumpa pers di Gedung Kemkes, Jakarta, Jumat (25/3/2011).
Tepatnya tanggal 8-11 November 2011 akan diadakan The Sixth TEPHINET (Training Programs in Field Epidemiology and Public Health Intervention Network) Southeast Asia and Western Pacific Biregional Scientific Conference di Bali Nusa Dua Convention Centre.
TEPHINET merupakan jaringan epidemiologi global yang memposisikan diri membantu dan memberi dukungan kepada anggotanya, yaitu FETP (Field Epidemiology Training Programme) dan FELTP (Field Epidemiology and Laboratory Training Programme) di seluruh dunia dalam menghadapi tantangan penerapan epidemiologi dan intervensi di lapangan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat.
Sedangkan epidemiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang seberapa sering penyakitdialami oleh suatu kelompok orang yang berbeda dan mencari tahu bagaimana bisa terjadi.
Ilmu ini bermanfaat sebagai informasi untuk merencanakan dan mengevaluasi strategi-strategi yang telah dilakukan, memberikan petunjuk kepada pada petugas kesehatan untuk menindaklanjuti perkembangan pasien.
"Selama ini sudah beberapa kali kongres kita tidak pernah jadi tuan rumah, dan kita bersyukur pada tahun 2011 ini kita menjadi tuan rumahnya," jelas Prof Tjandra.
dr Maria Consorcia Lim Quizon dari Safetynet menyatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang pertama di seluruh negara yang mengadakan training FETP.
"Kami sangat beruntung karena Indonesia menjadi tuan rumah, karena Indonesia punya banyak hal yang bisa di share, scientific community yang terutama mengenai emergen infection," jelas dr Maria.
Prof Tjandra mengatakan bahwa Indonesia punya banyak yang bisa dibagi, karena mempunyai berbagai masalah.
"Kita pada dasarnya punya 3 macam masalah, selain penyakit menular yang biasa seperti TB, Malaria, AIDS. Kita juga punya penyakit menular yang baru, kita punya H5N1, H1N1 ada, sementara sekarang penyakit menular juga meningkat. Kita punya program untuk penyakit menular yang lama yang sudah sejak awal, penyakit tidak menular relatif baru kita baru mulai tahun 2007-an , sementara penyakit yangnew emerging disease kita tangani sesuai dengan waktunya. Jadi apa yang menjadi keberhasilan kita akan kita share, kekurangan kita juga akan kita share. Dan kita tentunya akan mengambil manfaat dari kongres ini untuk meningkatkan kemampuan kita," tutur Prof Tjandra.
Prof Tjandra menjelaskan, konferensi ilmiah ini bertujuan sebegai berikut:
- Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan masyarakat dalam bidang epidemiologi terapan dalam menjawab berbagai masalah kesehatan dunia
- Berbagi informasi dan pengalaman dalam bidang epidemiologi dan intervensinya
- Membangun jejaring kerja
- Menunjukkan pencapaian mahasiswa FETP dan tenaga kesehatan
"Topiknya terbuka penyakit zoonosis, bisa penyakit menular seperti antraks, pes dan sebagainya, disamping penyakit-penyakit yang tidak menular juga bisa diangkat dalam topik ini. Jadi sesuai dengan temanya surveilens global, bagaimana penyakit menular H1N1, H5N1, SARS dulu yang tidak kenal tapal batas, dia tidak perlu bawa paspor masuk ke Indonesia, masuk ke negeri orang, maka social network itu sangat penting, ini salah satu wadahnya," jelas Dr I Nyoman Kandun, Direktur FETP Indonesia.
Konferensi ini akan diikuti oleh 40 negara dan diharapkan bisa mencapai sekitar 700 peserta. Ahli atau mahasiswa di bidang epidemiologi bisa ikut serta dan mendaftarkan abstrak penelitiannya di web http://tephinet.fetpindonesia.org.
"Kongres ini membahas kemajuan dari satu negara dengan negara yang lain. Nah, kita tentu juga akan menbahas kemajuan-kemajuan kita, juga dari Filipina, China, dan lainnya. Apa yang dilakukan di negaranya, kemudian kita akan berdikusi apa yang bisa diambil dari negara lain," jelas Prof Tjandra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar