Sebuah penelitian membuktikan bahwa banyak melamun tidak membuat manusia menjadi bahagia. Ini berarti sebagian besar manusia hidup menderita, sebab ternyata manusia menghabiskan 46,9 persen hidupnya untuk melamun.
Melamun atau membiarkan pikiran melayang-layang tidak saja dilakukan saat tidak ada kerjaan, justru yang memprihatinkan hal ini lebih banyak terjadi saat bekerja. Dalam kata lain, hampir semua aktivitas manusia dilakukan dengan pikiran tidak fokus.
Para psikolog dari Harvard University mengungkap hal itu ketika meneliti 2.250 relawan dari berbagai penjuru dunia. Selain memberikan kuisioner, peneliti juga mengukur tingkat kebahagiaan para relawan dalam penelitian tersebut.
Hasilnya, para relawan yang berusia 18 hingga 88 tahun menghabiskan rata-rata 46,9 persen waktunya untuk melakukan kegiatan dengan pikiran bercabang. Ketika dibandingkan dengan tes kebahagiaan, relawan yang lebih sering tidak fokus ternyata lebih tidak bahagia.
"Otak manusia adalah otak yang sulit diajak konsentrasi dan otak yang tidak bisa konsentrasi adalah otak yang tidak bahagia sama sekali," tulis para peneliti dalam kesimpulannya seperti dilansir Telegraph, Jumat (12/11/2010).
Jenis aktivitas yang paling sering dilakukan sambil melamun adalah istirahat, melakukan pekerjaan rutin di kantor dan menggunakan komputer. Pada saat melakukan aktivitas tersebut sebagian besar relawan mengaku memikirkan hal lain yang tidak ada hubungannya.
Sementara itu konsentrasi paling tinggi dialami saat berbincang dengan intens bersama teman atau rekan kerja, saat berolahraga dan saat berhubungan seks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar